Saturday, July 14, 2012

Potensi Daging Kelinci menjadi Bakso

Seiring dengan semakin meningkatnya ternak kelinci akhir-akhir ini, maka upaya untuk pemanfaatan daging kelinci harus terus dilakukan. Peneliti yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, D. C. Kusnadi, yang kini bekerja di Chiel Jedang Inc. Indonesia ini telah melakukan penelitian dengan judul "DAYA IKAT AIR, TINGKAT KEKENYALAN DAN KADAR PROTEIN PADA BAKSO KOMBINASI DAGING SAPI DAN DAGING KELINCI". Penelitian ini dilakukan bersama dua peneliti lain: V. P. Bintoro dan A. N. Al-Baarri. Penelitian ini mengkombinasikan daging sapi dan daging kelinci dengan rasio 80:20, 50:50, 20:80 dan 0:100. Bakso daging sapi digunakan sebagai kontrol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi daging sapi dan daging kelinci memiliki pengaruh nyata terhadap daya ikat air, tingkat kekenyalan dan tidak memiliki pengaruh nyata terhadap kadar protein. Nilai rata-rata dari bakso kombinasi untuk daya ikat air bervariasi dari 18,20 hingga 38,46%, tingkat kekenyalan juga bervariasi dari 8,66 hingga 9,79 N, sedangkan kadar protein sebesar 12,38 hingga 12,53%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kombinasi antara daging sapi dengan daging kelinci berpengaruh terhadap kenaikan daya ikat air dan kenaikan tingkat kekenyalan dan namun tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan kadar protein.

Artikel lengkap dapat dilihat melalui link berikut ini:
http://journal.ift.or.id/node/24

------------------------------------
Website http://ift.or.id ini merupakan top search artikel pangan di Indonesia. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mengirimkan artikel pangan kepada kami. Artikel Anda dapat segera menjadi artikel populer di Indonesia. Pengiriman artikel hanya akan dilayani via online di http://publikasi.ift.or.id/kirim-artikel atau http://journal.ift.or.id/node/14.

Saturday, July 7, 2012

Keracunan makanan dan minuman di Indonesia

Berbagai peristiwa keracunan makanan seringkali terjadi dan baru-baru ini, telah terjadi peristiwa keracunan minuman akibat mengkonsumsi air kelapa di Sragen, Jawa Tengah (http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/07/06/191701/22-Warga-Keracunan-Es-Kelapa-Muda-). Keracunan makanan/minuman dapat terjadi karena proses pemasakan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat. Keracunan makanan dapat terjadi di setiap tempat (baik rumah atau di tempat umum). Secara umum, terdapat dua jenis keracunan makanan: (1) Karena Bakteri dan (2) Karena Kimia. Ketika makanan disimpan dalam suhu kamar, bakteri dalam makanan dapat berkembang minimal dua sampai sepuluh kali lipat pertumbuhannya yang akhirnya populasinya menjadi banyak dan mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan makanan menjadi beracun. Bakteri yang lazim menyebabkan keracunan makanan di dunia ini yaitu jenis Salmonella dan Staphilococcus. Ketika makanan disimpan selama lebih dari 6-8 jam, kedua bakteri ini akan menghasilkan racun. Selain bakteri tersebut, bakteri lainnya yang serupa antara lain Shigella, Clostridium Botulinum, dan Basicillus Sirius yang juga mudah menyebabkan keracunan makanan dengan menghasilkan racun. Bakteri jenis Salmonella typhimurium dan Salmonella enteritidis menyebabkan 60-80% dari peristiwa keracunan makanan di dunia.

Keracunan yang terjadi akibat bakteri Staphylococcus, dapat mempengaruhi lambung dan sistem saraf, akibatnya akan terjadi muntahdan lemas setelah satu jam setelah mengkonsumsi makanan mengandung bakteri ini. Bakteri E. Coli dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui air yang terkontaminasi. Gejala keracunan akibat bakteri ini akan muncul setelah 14-16 jam mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri ini. Racun dari Clostridium botulinum akan mempengaruhi sistem saraf, akibatnya akan terjadi lemah pada otot-otot, penglihatan kabur, sulit menelan makanan.

Keracunan kimia dapat terjadi jika makanan bercampur dengan bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia. Keracunan ini dapat terjadi sebagai akibat penggunaan pupuk yang digunakan pada buah dan sayuran, urea yang disuntikkan ke dalam buah-buahan untuk memberbesar volume pertumbuhan, hormon yang memperpecap pertumbuhan.

Gejala umum keracunan kimiawi ini dapat dideteksi setelah munculnya tanda-tanda berikut ini segera setalah mengkonsumsi makanan yang mengandung racun kimiawi: muntah, nyeri, diare, faeces yang tercamput darah.

Pertolongan pertama keracunan dapat dilakukan dengan meminum air sebanyak mungkin. Selain itu, air beras, air kelapa, dan larutan oralit juga dapat memperingan gejalan keracunan. Jika gejala keracunan ini tidak terlalu parah, maka hanya perlu diberikan air minum sebanyak-banyaknya. Namun jika pasien mengalami diare dan muntah, demam dan menggigil maka perlu segera ditangani oleh dokter.

Image diambil dari: http://www.foodpoisoningsigns.info

Disusun oleh kontributor IFT Community: A. N. Al-Baarri

------------------------------------
Website http://ift.or.id ini merupakan top search artikel pangan di Indonesia. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mengirimkan artikel pangan kepada kami. Artikel Anda dapat segera menjadi artikel populer di Indonesia. Pengiriman artikel hanya akan dilayani via online di http://publikasi.ift.or.id/kirim-artikel atau http://journal.ift.or.id/node/14.

ShareThis