Friday, December 21, 2012

Membangun Industri Komoditas Rumput Laut Indonesia yang Berdaya Saing Tinggi

Rumput laut banyak dimanfaatkan dalam bidang makanan seperti karagenan dan agar-agar, serta dalam bidang farmasi dan kedokteran, industri kertas, dan pupuk. Rumput laut dapat digunakan sebagai pupuk karena di dalam rumput laut banyak mengandung bakteri seperti probiotik. Di bidang farmasi dan kedokteran, rumput laut dapat digunakan untuk membuat kapsul. Selain digunakan bidang pangan, rumput laut juga dapat digunakan untuk membuat batu bata. Batu bata berbahan baku rumput laut ini diproduksi dalam rangka kebijakan "go green", namun disisi lain produksinya dinilai sulit karena diperlukan oven. Jerman banyak mengimpor rumput laut Indonesia sebagai bahan baku pembuatan blok bata, pupuk, keramik dan kertas. Produk hasil olahan bahan baku asal Jerman ini berlabel "Grable Brick" dan "Grable Block".

Rumput laut banyak ditemukan di Indonesia, 2/3 wilayah Indonesia terdiri dari lautan yang dapat digunakan sebagai areal budidaya rumput laut. Budidaya rumput laut dapat dilakukan secara sederhana, yang hanya membutuhkan bambu, tali dan perahu. Budidaya rumput laut tidak membutuhkan waktu yang lama (sekitar 45 hari). Rumput laut Indonesia sebagian besar diekspor dalam bentuk mentah dan setengah jadi sehingga nilai jualnya sangatlah rendah. Ekspor rumput laut kini makin terkendala dengan adanya persyaratan yang harus dimiliki oleh produsen, yaitu harus memiliki sertifikat keamanan produk seperti SKP, HACCP, H.C, GMP, SSOP, dan "trace ability". Standarisasi dan sertifikasi ini diperlukan untuk menjamin mutu dan keamanan rumput laut.

Jenis-jenis rumput laut yang biasa dimanfaatkan, antara lain: (1) Gracillaria, jenis rumput laut ini dimanfaatkan untuk agar-agar dan pakan ternak, (2) Eucheuma cotonii, jenis rumput laut ini dimanfaatkan untuk karaginan dan (3) Sargassum, jenis rumput laut ini dimanfaatkan sebagai alginat. Seiring dengan makin meningkatnya persyaratan untuk ekspor, budidaya rumput laut di Indonesia juga terkendala dengan adanya (1) adanya hewan pengganggu yang menjadi perusak rumput laut, (2) adanya penyakit yang menyerang rumput laut (terjadi kepatahan bagian rumput laut sebelum panen) dan (3) belum diterapkan sepenuhnya kebijakan dari pemerintah dalam menangani jaminan mutu rumput laut sehingga menyebabkan rendahnya nilai jual rumput laut.

Ulasan ini disarikan dari pertemuan Temu Regional Masyarakat Pangan Jawa Tengah pada tanggal 17 Desember 2012 di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Acara ini diadakan atas kerjasama Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan (PATPI) cabang Semarang dan Indonesian Food Technologist Community (IFT Community) yang menghadirkan pembicara utama Ir. Widodo Farid Ma'ruf, MSc., PhD. (ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia). Kegiatan regional ini berlangsung secara meriah dengan dihadiri oleh 40 anggota PATPI yang tersebar di wilayah Semarang dan sekitarnya.

Artikel ini ditulis oleh kontributor IFT Community: A. N. Nefasa, E. C. Wulandari, dan O. R. Puspitarini.

------------------------------------
Website http://ift.or.id ini merupakan top search artikel pangan di Indonesia. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mengirimkan artikel pangan kepada kami. Artikel Anda dapat segera menjadi artikel populer di Indonesia. Pengiriman artikel hanya akan dilayani via online di http://publikasi.ift.or.id/kirim-artikel atau http://journal.ift.or.id/node/14.

2 comments:

Pak, Bu, cm mau usul. Kl bisa, pada setiap artikel ada tombol shortcut untuk share via facebook maupun twitter, jadi nanti dapat tersebarkuaskan dengan lebih luas dan mudah
terima kasih

Jika mau share via facebook, twitter dan lain-lain, caranya mudah sekali, tinggal klik icon yang ada di pojok kanan atas. Silakan pilih, mau share via mana.

Post a Comment

ShareThis

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...