Thursday, May 30, 2013

Riset Bidang Kesehatan Dari Kacamata Australia

Riset kolaborasi antara Indonesia dan Australia dalam bidang kesehatan
adalah terfokus pada penanganan penyakit malaria. Hal ini diungkapkan
oleh Dr. Geoffrey Marks dari Queensland University pada acara Joint
Seminar tanggal 30/5 di Fak. Hukum UNDIP.

Selain itu, koor penelitian dalam bidang pengukuran derajat kesehatan
juga menjadi sasaran kegiatan seperti penekanan angka kematian di Kab.
Ende, kematian akibat stroke di Indonesia.

Permasalahan HIV AIDS juga masih mendapat skala prioritas yang utama
disamping kesehatan bayi dan ibu hamil juga menjadi salah satu topik
hangat bidang kesehatan.

Problem yang muncul di Indonesia adalah penduduk desa dan masalah
kesehatannya, daerah perkotaan yang tidak mendapat penanganan yang
baik bidang kesehatan, fasilitas kesehatan yang belum memadai.

Thursday, May 16, 2013

UNDIP Buka Kesempatan Beasiswa Exchange Student ke Jepang

Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro membuka kesempatan bagi para mahasiswa FPP UNDIP yang kini berada pada semester akhir untuk mengikuti program exchange student ke Kagawa university dengan biaya dari pemerintah Jepang.

Sebagaimana diungkapkan oleh Pembantu Dekan IV Fakultas Peternakan dan Pertanian, Dr. Ir. A. Hintono, MP., kegiatan ini sebagai tindak lanjut program kerjasama antara FPP UNDIP dan Agriculture Faculty Kagawa University yang akan menjadi kegiatan tahunan dan diharapkan dapat memberangkatkan paling tidak satu mahasiswa ke Jepang.

Selain kegiatan pemberangkatan mahasiswa ke Jepang, maka Universitas Diponegoro dalam hal ini, Fakultas Peternakan dan Pertanian juga akan menerima kunjungan dari mahasiswa Kagawa University guna melihat dari dekat sistem pertanian secara luas yang ada di Indonesia, demikian diungkapkan oleh fasilitator kegiatan, Ahmad N Al-Baarri, PhD. Untuk informasi dan pendaftaran dapat langsung diperoleh melalui Pembantu Dekan IV Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro.

Redaksi.

------------------------------------
Website http://ift.or.id ini merupakan top search artikel pangan di Indonesia. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mengirimkan artikel pangan kepada kami. Artikel Anda dapat segera menjadi artikel populer di Indonesia. Pengiriman artikel (untuk web maupun untuk jurnal) hanya akan dilayani via sistem online di http://journal.ift.or.id

Saturday, May 11, 2013

KOPI: ANTARA LIFE STYLE DAN PANGAN FUNGSIONAL


Secangkir kopi di pagi hari biasa dilakukan untuk menjaga stamina dan secangkir kopi di sore hari sangat berguna untuk membantu stamina agar mata tetap terjaga pada malam hari untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menumpuk. Bahkan sekarang minum kopi sudah berubah menjadi life style. Pelajar, pekerja, wirausahawan, pegawai negri atau siapapun memesan secangkir kopi hangat ataupun dingin hanya sekedar untuk teman ngobrol dan nongkrong di café-café keren, warung pinggir jalan, atau hanya sekedar menyeduh kopi instan. Adapun beberapa varian kopi yang terkenal dikalangan masyarakat seperti kopi tubruk, cappuccino, caffe latte, espresso dan white coffee yang sedang naik daun di industri periklanan.

Kopi berasal tanaman dengan family Rubiaceae. Kopi arabica (Coffea arabica) dan kopi rabusta (Coffea canephora) adalah jenis kopi yang sering dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Beberapa penelitian menyatakan kopi mengandung senyawa fungsional, yaitu sebagai antioksidan. Biji kopi mengandung senyawa fenol alami yang merupakan senyawa antioksidan pokok. Senyawa tersebut adalah asam caffeic dan asam chlorogenic. Asam chlorogenic mengandung beberapa isomer seperti seperti asam caffeoylquinic, asam dicaffeoylquinic dan feruloylquinic. Beberapa asam ini tak hanya membantu pembentukan antioksidan kopi, tetapi juga berperan dalam pembentukan rasa dan aroma kopi. Banyak sedikitnya asam chlorogenic pada kopi tergantung pada spesies, varietas dan proses pemanggangan biji kopi.

Proses pemanggangan biji kopi diawali dengan fase pertama yaitu pengeringan dibawah suhu 160˚C dan fase kedua pemanggangan pada suhu antara 160 – 260˚C. Pada fase kedua terjadi reaksi pirolitik (190˚C) yang menyebabkan oksidasi, reduksi, hidrolisis, polimerisasi, dekarboksilasi dan perubahan – perubahan kimia lain yang mempengaruhi sifat sensorik kopi. Setelah fase kedua, biji kopi harus segera didinginkan (menggunakan air atau udara sebagai agen pendingin) untuk mencegah adanya proses pemanggangan yang berlebih sehingga dapat mengubah kualitas. Aroma, rasa, warna, suhu biji kopi, pH, bean pop, berat yang hilang, komposisi gas dan volume merupakan beberapa parameter yang dapat dijadikan indikator untuk menentukan tingkat pemanggangan.

Pemanggangan menyebabkan komposisi kimia kopi seperti protein, asam amino, gula pereduksi, sukrosa, trigonelline, asam chlorogenic dan air mengalami penurunan serta terbentuk melanoidins, yang merupakan hasil dari reaksi maillard. Reaksi maillard terjadi karena adanya pengentalan antara gula dengan asam amino bebas, yaitu peptide atau protein, dan menghasilkan berbagai senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan atau bahkan sifat prooksidan.

Meskipun senyawa antioksidan hilang saat pemanggangan biji kopi, sifat antioksidan dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan dengan pengembangan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan, termasuk reaksi maillard. Akan tetapi hal itu tidak sepaham dengan penelitian dari Vignoli et al. (2011) yang berpendapat bahwa aktivitas antioksidan tidak dipengaruhi oleh kondisi pemanggangan karena degradasi senyawa antioksidan pada kopi diimbangi dengan pembentukan melanoidins. Tingginya aktivitas antioksidan tergantung pada jenis kopi yang digunakan dan kopi robusta menghasilkan aktivitas antioksidan yang tinggi.

Daftar Pustaka :
Anese, M. and M.C. Nicoli. 2003. Antioxidant properties of ready to drink coffee brews. J. Agric. Food. Chem. 51(4): 942-946.
Bitam M.G and M. Preda. 2005. The effect of temperature and roasting degree on the total phenolic content of coffee brews. Sci.Study and Research. VI(2): 239-242
Duarte, S.M. da S., C.M.P. da Abreu, H.C. de Menezes, M.H. dos Santos, C.M.C.P. Gaouvea. Effect of processing and roasting on the antioxidant activity of coffee brews. Ciênc. Tecnol. Aliment., Campinas. 25(2): 387-393.
Vignoli, J.A., D.G. Bassoli and M.T Benassi. 2011. Antioxidant activity, polyphenols, caffeine and melanoidins in soluble coffee: the influence of processing conditions and raw material. Food Chem.124 : 863-868.
Votavova, L., M. Voldrich, R. Sevcik, H. Cizkova, J. Mlejnecka, M. Stolar and T. Fleisman. 2009. Changes of antioxidant capacity of robusta coffe during roasting. Czech.J.Food Sci. 27: S49 – S52.

Penulis:
D. A. P. Puspitasari
Penulis adalah pemerhati pangan Indonesia dan sedang menempuh pendidikan pasca sarjana di Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro.
E-mail penulis: dyahayu.pediatrika@yahoo.com

Alamat sitasi:
D. A. P. Puspitasari. 2013. Kopi: antara lifestyle dan pangan fungsional. Artikel Pangan Indonesian Food Technologist Community. http://www.ift.or.id/2013/05/kopi-antara-life-style-dan-pangan.html. Tanggal akses.

------------------------------------
Website http://ift.or.id ini merupakan top search artikel pangan di Indonesia. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mengirimkan artikel pangan kepada kami. Artikel Anda dapat segera menjadi artikel populer di Indonesia. Pengiriman artikel hanya akan dilayani via online di http://publikasi.ift.or.id/kirim-artikel atau http://journal.ift.or.id/node/14.

ShareThis