Tuesday, December 24, 2013

Daya saing bidang pangan masih rendah

Daya saing Indonesia masih perlu ditingkatkan, demikian ditegaskan oleh LIPI yang mencontohkan salah satu bidang strategis di bidang pangan yang mempunyai daya saing yang masih rendah sehingga Indonesia masih harus impor pangan. LIPI mengakui daya saing produk Indonesia masih tertumpu pada produk yang berbasis sumber daya alam. "Produk berupa komoditi strategis seperti pangan, kita belum memiliki daya saing sama sekali," kata Kepala LIPI Lukman Hakim di Jakarta, Senin (23/12/2013). Lukman berharap pemimpin negara di masa mendatang memberi perhatian khusus terhadap daya saing ekonomi. "Pemimpin Indonesia masa mendatang seharusnya melihat kondisi perekonomian sekarang untuk memberikan gambaran dalam membuat agenda pembangunan ekonomi ke depan," katanya.

Beberapa indikator menunjukkan daya saing perekonomian Indonesia relatif tidak mengalami perubahan. Hasil survey 'Doing Business 2013' menunjukkan posisi competitiveness Indonesia kalah dari Vietnam yang baru merdeka. Lukman menegaskan dalam satu dekade terakhir, perekonomian Indonesia tengah mengalami masa transisi dari negara berpendapatan rendah menjadi negara berpendapatan menengah. Diproyeksikan pendapatan per kapita Indonesia akan melampaui US$ 4.000 dan akan masuk ke dalam kelompok negara berpendapatan menengah.

"Tapi untuk mencapai taraf tersebut, bukanlah suatu hal yang mudah. Beberapa indikator ekonomi dan teknologi menunjukkan bahwa Indonesia harus bekerja keras untuk tidak terperangkap ke dalam jebakan kelas menengah atau middle income trap," paparnya. Sementara itu, Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Latif Adam menyebutkan untuk meningkatkan daya saing, Indonesia masih menemui berbagai kendala-kendala. "Salah satu kendala terbesar adalah lemahnya daya saing industri domestik akibat tidak adanya kebijakan industri yang jelas dan implementasi kebijakan industri yang buruk. Agenda pembangunan ke depan seharusnya fokus pada penguatan daya saing industri yang berkontribusi besar terhadap pengentasan kemiskinan dan pengangguran," katanya. (zul/hen). Artikel diambil dari berita LIPI.

Daya saing bidang pangan masih rendah

Daya saing Indonesia masih perlu ditingkatkan, demikian ditegaskan oleh LIPI yang mencontohkan salah satu bidang strategis di bidang pangan yang mempunyai daya saing yang masih rendah sehingga Indonesia masih harus impor pangan. LIPI mengakui daya saing produk Indonesia masih tertumpu pada produk yang berbasis sumber daya alam. "Produk berupa komoditi strategis seperti pangan, kita belum memiliki daya saing sama sekali," kata Kepala LIPI Lukman Hakim di Jakarta, Senin (23/12/2013). Lukman berharap pemimpin negara di masa mendatang memberi perhatian khusus terhadap daya saing ekonomi. "Pemimpin Indonesia masa mendatang seharusnya melihat kondisi perekonomian sekarang untuk memberikan gambaran dalam membuat agenda pembangunan ekonomi ke depan," katanya.

Beberapa indikator menunjukkan daya saing perekonomian Indonesia relatif tidak mengalami perubahan. Hasil survey 'Doing Business 2013' menunjukkan posisi competitiveness Indonesia kalah dari Vietnam yang baru merdeka. Lukman menegaskan dalam satu dekade terakhir, perekonomian Indonesia tengah mengalami masa transisi dari negara berpendapatan rendah menjadi negara berpendapatan menengah. Diproyeksikan pendapatan per kapita Indonesia akan melampaui US$ 4.000 dan akan masuk ke dalam kelompok negara berpendapatan menengah.

"Tapi untuk mencapai taraf tersebut, bukanlah suatu hal yang mudah. Beberapa indikator ekonomi dan teknologi menunjukkan bahwa Indonesia harus bekerja keras untuk tidak terperangkap ke dalam jebakan kelas menengah atau middle income trap," paparnya. Sementara itu, Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Latif Adam menyebutkan untuk meningkatkan daya saing, Indonesia masih menemui berbagai kendala-kendala. "Salah satu kendala terbesar adalah lemahnya daya saing industri domestik akibat tidak adanya kebijakan industri yang jelas dan implementasi kebijakan industri yang buruk. Agenda pembangunan ke depan seharusnya fokus pada penguatan daya saing industri yang berkontribusi besar terhadap pengentasan kemiskinan dan pengangguran," katanya. (zul/hen). Artikel diambil dari berita LIPI.

ShareThis