Tuesday, December 30, 2014

Metode untuk Mengukur Derajat Keasaman Susu dengan Titrasi

Keasaman susu sering diukur dengan menggunakan cara titrasi menggunakan larutan alkali. Titrasi keasaman susu adalah jumlah ion OH yang ditambahkan untuk meningkatkan pH susu sebanyak 100 ml sampai sebesar 8,4. Jika pH susu sebesar 8,4 telah tercapai, maka phenolphtalein akan membuat warna susu menjadi pink yang stabil. Jika susu dinilai sudah asam, maka alkali yang digunakan untuk membuat susu menjadi pH 8,4, jumlahnya meningkat.

Derajat keasaman dapat bervariasi unitnya. Derajat SH atau ˚SH yang merupakan singkatan dari Soxhlet Henkel. Nilai ˚SH didapat dari titrasi dengan menggunakan 0,25N NaOH. Susu normal akan memberikan nilai 7˚SH. Sedangkan ˚Th atau Thorner degree juga dapat digunakan juga sebagai unit keasaman. Derajat Th ini didapatkan dengan cara melakukan titrasi dengan menggunakan 0,1N NaOH. Susu normal mempunyai nilai 15˚Th. Derajat Dornic atau ˚D juga dapat digunakan sebagai unit keasaman dan susu normal biasanya mempunyai nilai 15˚D. Derajat Dornic didapat dengan cara titrasi susu dengan menggunakan 0,1N NaOH. Sedangkan %l.a. atau % lactic acid juga dapat digunakan dengan membagi nilai ˚D dengan 100.

Disusun oleh Ahmad disadur dari beberapa sumber pustaka.

Cara sitasi sumber ini:
Ahmad. 2014. Metode-metode untuk Mengukur Keasaman Susu. Newsletter Indonesian Food Technologists.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Artikel ini disusun oleh kontributor IFTCommunity.
Ingin menjadi kontributor? Jika berminat, silakan ajukan lamaran Anda untuk menjadi kontributor IFTC melalui email: redaksi@ift.or.id

Saturday, December 27, 2014

Deep Fat Frying Amankah bagi Kesehatan?

Minyak goreng yang digunakan secara berulang-ulang berpotensi mengandung asam lemak trans. Konsumsi asam lemak trans berisiko memunculkan penyakit diabetes dan jantung koroner. Di Indonesia kebiasaan menggunakan minyak secara berulang lebih dari dua kali mencapai 24%. Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti: Ibnu Malkan Bakhrul Ilmi, Ali Khomsan dan Sri Anna Marliyati dari
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, berhasil membuktikan bahwa teknik menggoreng berulang kali dengan menggunakan teknik "deep fat frying" menunjukkan kadar asam lemak bebas dan peroksida minyak tidak berbeda nyata antara penggorengan pertama sampai keempat. Asam lemak terbanyak dalam minyak dan tahu adalah asam lemak oleat, linoleat dan palmitat. Rasio asam lemak linoleat dan palmitat tidak mengalami penurunan yang signifikan sampai penggunaan minyak keempat. Kadar asam lemak trans produk tahu sampai penggorengan keempat masih dalam batas aman.

Artikel ini merupakan salah satu artikel penelitian yang dimuat dalam Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Volume 4 Nomor 2 tahun 2015. Artikel lengkap dapat dilihat pada laman resmi jurnal yaitu www.journal.ift.or.id.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Artikel ini disusun oleh penulis JATP.
Ingin menjadi kontributor atau memasukkan artikel? Jika berminat menjadi kontributor IFT, silakan ajukan lamaran Anda untuk menjadi kontributor IFT melalui email: redaksi@ift.or.id. Pengiriman artikel pangan dilakukan melalui sistem online pada web www.journal.ift.or.id

ShareThis