Saturday, April 11, 2015

Makanlah buah tomat matang dan hindari daun tomat

Buah tomat merupakan buah yang lazim dimakan pada saat buah tersebut matang dan ketika buah tersebut belum matang, lebih baik dihindari untuk dikonsumsi karena mengandung komponen yang berbahaya yang dinamakan Solanine, yaitu salah satu golongan alkanoid. Selain itu, ada juga komponen yang dinamakan glikoalkaloid tomatin (glycoalkaloid timatine) dan beberapa glikoprotein yang jika dikonsumsi akan menimbulkan banyak gangguan kesehatan.

Komponen berbahaya tersebut ternyata juga terdapat di dalam daun tomat. Oleh karena itu, daun tomat tidak bisa untuk dikonsumsi. Banyak orang yang menggunakan daun tomat sebagai insektisida dan pestisida dengan mencampurkan daun tomat dengan air dan ditumbuk hingga tercampur merata dan diperam selama beberapa jam.

Efek yang muncul terhadap kesehatan adalah gangguan pencernaan seperti diare, dan gangguan iritasi pada kulit. Selain itu, juga dapat sebagai penyebab terjadinya migren. Oleh karena itu, makanlah buah tomat yang sudah matang agar terhindar dari terkonsumsinya komponen-komponen tersebut.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Artikel ini disusun oleh kontributor IFTCommunity.
Ingin menjadi kontributor? Jika berminat, silakan ajukan lamaran Anda untuk menjadi kontributor IFTC melalui email: redaksi@ift.or.id

JATP Resmi menjadi Member CrossRef: Proof of Quality

Ucapan selamat ditujukan kepada Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan (JATP) karena telah resmi menjadi member dari CrossRef. Hal ini merupakan prestasi yang luar biasa dan menjadi bukti yang otentik bahwa JATP diminati oleh para penulis artikel ilmiah di bidang pangan dan bukti dari kerja keras para anggota dewan redaksi dalam mempertahankan rutinitas terbit jurnal. Sejak pertama kali berdiri, yaitu tahun 2012, JATP mendapat dukungan berbagai artikel dan rupanya untuk mendapatkan artikel dengan kualifikasi tertentu, sangat susah. Hal ini mungkin berhubungan dengan budaya menulis yang masih belum tinggi di Indonesia. Wajar, karena untuk menulis artikel ilmiah yang terbit dalam jurnal, tidak hanya berbekal pada laptop saja, namun juga berbekal pada data. Tahun 2012 telah berhasil dilalui dengan baik karena dinilai dapat menjaga rutinitas terbit sebanyak empat kali dalam setahun. Hal ini berlanjut pada tahun-tahun berikutnya dan rutinitas terbit dapat terjada hingga saat ini.

Satu Artikel untuk Satu Alamat Website
Para penulis artikel ketika harus menunjukkan tulisannya untuk ditunjukkan ke orang lain, misalnya atasan atau tim penilaian angka kredit, biasanya akan ditanyakan apakah artikel ini sudah diunggah ke internet atau belum. Jika sudah diunggah, maka akan ditanyakan alamatnya. Setiap artikel yang dipublikasikan di JATP sudah dipastikan mempunyai alamat link yaitu http://journal.ift.or.id/node/xx. Huruf xx ini adalah angka atau huruf spesifik artikel. Dengan didapatkannya nomor doi, maka tiap artikel kini akan mendapatkan nomor doi yang dapat dijadikan sebagai alamat artikel tersebut dalam jaringan publikasi internasional. Misalnya, sebuah artikel mempunyai doi 10.17728/jatp.2015.10 maka artikel tersebut sebenarnya mempunyai link atau tautan di http://dx.doi.org/10.17728/jatp.2015.10. Silakan dicoba untuk artikel lainnya.

Upaya yang telah dilakukan untuk mendapatkan nomor doi ini adalah suatu bukti nyata bahwa JATP selalu mengedepankan unsur kualitas publikasi. Tunggu apalagi, silakan submit artikel penelitian melalui fasilitas online di http://journal.ift.or.id. Artikel yang masuk akan segera mendapat review dari para reviewer JATP dan dewan redaksi akan selalu pada prinsip: fast response serta rapid review sehingga artikel akan secara cepat dapat dipublikasikan. JATP akan selalu berupaya menjadi mitra para penulis bidang pangan yang dapat diandalkan.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Artikel ini disusun oleh kontributor IFTCommunity.
Ingin menjadi kontributor? Jika berminat, silakan ajukan lamaran Anda untuk menjadi kontributor IFTC melalui email: redaksi@ift.or.id

Thursday, April 9, 2015

Eksplorasi Olahan Makanan Berbasis Biji Gandum Asli Indonesia

Eksplorasi jenis-jenis makanan berbasis biji gandum domestik belum banyak dilakukan di Indonesia. Melihat hal ini, para peneliti pangan dari Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yaitu Nugraheni Widyawati, Sony Heru Priyanto, Djoko Murdono, dan Theresa Dwi Kurnia telah melakukan serangkaian penelitian guna mengetahui kualitas berbagai jenis makanan berbasis biji gandum domestik agar enak dan layak dijual dipasaran. Para peneliti tersebut menggunakan produk gandum tropis domestik dengan varietas Dewata. Eksplorasi dilakukan dengan cara melakukan percobaan pengolahan dan pengujian kualitas organoleptik.

Para peneliti ini berhasil melakukan eksplorasi 22 jenis makanan. Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, terdapat 21 jenis makanan yang mempunyai kualitas orgnoleptik yang bagus. Silakan baca artikel ini dalam sebuah publikasi di Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Volume 4 Nomor 2 Bulan Mei Tahun 2015 dengan link DOI: http://dx.doi.org/10.17728/jatp.2015.13

Setiap peneliti yang mempublikasikan karya ilmiah di jurnal ini akan mendapat kesempatan untuk tampil di laman resmi Indonesian Food Technologists dan artikelnya dapat dipastikan akan berada pada rangking utama pencarian pustaka pangan di Indonesia.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Artikel ini disusun oleh kontributor IFTCommunity.
Ingin menjadi kontributor? Jika berminat, silakan ajukan lamaran Anda untuk menjadi kontributor IFTC melalui email: redaksi@ift.or.id

Sunday, April 5, 2015

Bisnis Agroindustri Chips Jagung memang Menguntungkan

Indonesia merupakan negara agraris yang luas lahan pertaniannya mencapai 107 juta hektar, dari total luas daratan Indonesia yang mencapai 192 juta hektar. Dari luas lahan pertanian tersebut, luas lahan jagung sekitar 3,35 juta hektar, dan mampu menghasilkan jagung sebanyak 11,22 juta ton. Jagung sebagai bahan pangan pokok mempunyai nilai gizi yang cukup baik, karena memiliki kandungan karbohidratnya mencapai 63,60 persen juga mengandung lemak dengan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, protein sebanyak 7,90 persen, mineral dan vitamin termasuk kandungan vitamin A yang tinggi (440 SI) dibanding jenis biji-biji lainnya. Namun potensi produksi dan kandungan gizi jagung sebesar dan sebaik itu belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah produk jagung adalah dengan mengolahnya menjadi berbagai macam produk olahan jagung (agroindustri).

Agroindustri itu sendiri adalah suatu usaha untuk menciptakan suatu produk olahan dalam bentuk barang jadi maupun barang setengah jadi yang bahan baku utamanya merupakan produk pertanian. Dengan kata lain, agroindustri merupakan suatu kegiatan industri yang memproses bahan baku pertanian menjadi bentuk lain yang lebih menarik dan memberikan nilai tambah serta dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Agroindustri penting dilakukan dalam rangka meningkatkan nilai tambah, terutama pada saat produksi melimpah dan harga produk rendah, juga untuk produk yang rusak atau bermutu rendah, maka disinilah saat yang tepat untuk mengolahnya lebih lanjut.

Salah satu peneliti dari Fakultas Pertanian, Universitas Islam Makassar, Bapak Syamsul Rahman, telah berhasil menanalisa bisnis agroindustri produk pangan berupa chips jagung yang dikelola secara hom industri. Berita megenai hal ini dapat dilihat pada terbitan terbaru Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Volume 4 Nomor 3 Tahun 2015 dengan link: http:/journal.ift.or.id/node/128. Peneliti yang mempublikasikan artikelnya di Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan diberi kesempatan untuk dapat menampilkan karya ilmiahnya melalui situs resmi Indonesian Food Technologists ini.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Artikel ini disusun oleh kontributor IFTCommunity.
Ingin menjadi kontributor? Jika berminat, silakan ajukan lamaran Anda untuk menjadi kontributor IFTC melalui email: redaksi@ift.or.id

Saturday, April 4, 2015

Alat Kontrol Otomatis Suhu dan Kelembaban pada Kumbu Jamur Merang

Jamur merang dinilai dapat tumbuh dengan baik pada suhu 30–35˚C dan sangat cocok dibudidayakan pada dataran rendah. Jamur merang mengandung 25,9-28,5% protein, lebih tinggi dibanding protein beras (7,38%) dan gandum (13,2%). Selain kandungan protein, jamur merang juga memiliki kandungan lemak total sebanyak 2,0-2,6% dan karbohidrat sebanyak 2,7-4,8%. Jamur merang selain bisa dikonsumsi sebagai makanan juga bisa dimanfaatkan sebagai obat. Beberapa faktor yang perlu dilakukan pada budidaya jamur merang, diantaranya pemilihan lokasi dan teknik budidaya jamur merang.

Kabupaten Indramayu dinilai layak untuk budidaya jamur merang di dalam suatu rumah budidaya jamur merang yang dinamakan kumbung jamur merang. Disamping masih terbentang potensi lahan yang sangat luas untuk area budidaya jamur merang karena mempunyai areal persawahan sebesar 57,94% dari luas Kabupaten Indramayu, namun terdapat permasalahan-permasalahan yang dihadapi terutama tentang teknis penanganan suhu dan kelembaban, yaitu tidak stabilnya temperatur dan kelembaban udara di ruang kumbung jamur merang karena perbedaan cuaca antara musim kemarau dan musim penghujan. Melihat kondisi ini, maka Karsid, Rofan Aziz, Haris Apriyanto, dari Jurusan Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Negeri Indramayu, telah mengembangkan alat kontrol suhu dan kelembaban kumbung jamur merang. Setelah dipasang alat kontrol suhu dan kelembaban, kumbung jamur merang dapat lebih terjaga fluktuasi suhu dan kelembabannya.

Artikel publikasi tim dari Politeknik Negeri Indramayu ini, telah dipublikasikan di Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Volume 4 Nomor 3 Tahun 2015 (link: http://journal.ift.or.id/node/128). Redaksi menerima artikel semacam ini untuk dapat diterbitkan dalam Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Silakan kunjungi website resmi jurnal ini, yaitu http://journal.ift.or.id).

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Artikel ini disusun oleh kontributor IFTCommunity.
Ingin menjadi kontributor? Jika berminat, silakan ajukan lamaran Anda untuk menjadi kontributor IFTC melalui email: redaksi@ift.or.id

Friday, April 3, 2015

Buat nasi goreng ternyata susah

Siapa yang tidak suka nasi goreng? Mungkin jika pertanyaannya adalah ini maka tidak ada satupun yang menjawab "saya" karena dapat dipastikan bahwa semua orang Indonesia suka nasi goreng yang komponennya antara lain bawang merah, bawang putih, cabe merah, saus tomat, minyak wijen, merica, kecap, telur dan daging ayam.

Dalam sebuah pertandingan internasional nasi goreng yang diselenggarakan di Bali dan ditayangkan dalam salah satu TV internasional, ternyata ada saja kendalanya, mulai dari nasi yang terlalu lembek hingga paduan bumbu yang kurang pas.

Berdasarkan kejadian ini maka kesimpulannya adalah ternyata nasi goreng yang kelihatannya hanya mencampur campur bumbu dan nasi, rupanya masih harus memperhatikan faktor lain dibalik itu.

ShareThis