Thursday, May 21, 2015

Mana yang lebih baik untuk uji antioksidan: ABTS atau DPPH?

Seiring dengan meningkatnya kasus penyakit kanker, maka beberapa produk pangan sebagai sumber antioksidan, kini makin banyak digali potensinya dan makin banyak diteliti. Hampir setiap senyawa bioaktif dalam pangan, selalu dikaitkan dengan aktivitas antioksidannya. Oleh karena itu, dalam artikel ini akan dibahas mengenai uji antioksidan dengan menggunakan dua senyawa populer: DPPH dan ABTS.

Kedua senyawa ini terbukti mampu untuk memberikan indikator kapasitas antioksidan dan lazim digunakan untuk analisis antioksidan pada bahan atau produk pangan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 50 buah-buahan yang berpotensi memberi efek antioksidan, maka didapat hasil bahwa jika dibandingkan dengan DPPH, maka uji antioksidan dengan menggunakan ABTS ternyata lebih memberikan korelasi positif dengan oxygen radical absorbance capacity (atau ORAC), kadar fenol, dan kadar flavonoid.

Disamping itu, hasil analisis antioksidan dengan menggunakan ABTS dapat memberikan hasil yang lebih tinggi daripada pengujian dengan menggunakan DPPH. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa uji antioksidan dengan menggunakan ABTS ternyata mampu memberikan indikator antioksidan yang lebih baik daripada DPPH.

Artikel ini disarikan dari artikel dengan judul "Comparison of ABTS/DPPH assays to measure antioxidant capacity in popular antioxidant-rich US foods" yang telah dipublikasikan oleh Journal of Food Composition and Analysis Volume 24 Issue 7, p 1043-1048 November 2011.

-------------------------------------------------------

Cara menyadur artikel ini:
Indonesian Food Technologists. 2015. Mana yang lebih baik untuk uji antioksidan: ABTS atau DPPH? Newsletter IFT Edisi Mei 2015.

Tuesday, May 5, 2015

Susu kecipir dan potensinya untuk bahan pangan sumber protein

Rendahnya atensi masyarakat terhadap pemanfaatan kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) sebagai sumber protein alternatif disebabkan oleh rasa langu dari biji kecipir yang telah diproses. Para peneliti dari Program Studi Teknologi Pangan Program Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Pelita Harapan, Tangerang, yaitu Chiara Wijaya, Leonardus Broto Sugeng Kardono, Jeremia Manuel Halim telah berhasil untuk memperoleh metode untuk meningkatkan akseptabilitas susu kecipir dengan penambahan bahan penstabil dan jus jahe.

Penelitian ini berhasil dipublikasikan dalam Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Volume 4 Nomor 4 tahun 2015 yang dapat diperoleh artikel lengkapnya melalui link ini: http://journal.ift.or.id/node/182. Para penelitia ini mencoba untuk mengukur penerimaan konsumen terhadap aroma, rasa, viskositas, dan akseptabilitas susu kecipir secara keseluruhan setelah berbagai proses dilakukan.

Silakan download full artikelnya melalui link yang telah disediakan tersebut. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan akan memuat artikel pangan yang aplikatif seperti ini. Oleh karena itu, segera kirimkan artikel pangan Anda melalui portal resmi jurnal: http://journal.ift.or.id.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Artikel ini disusun oleh kontributor IFTCommunity.
Ingin menjadi kontributor? Jika berminat, silakan ajukan lamaran Anda untuk menjadi kontributor IFTC melalui email: redaksi@ift.or.id

ShareThis